A.
Pengertian Berkompetisi Dalam
Kebaikan
1.
Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti
tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata
lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu
pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi
tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi
adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau
kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi
tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
2.
Pengertian Kebaikan
Kebaikan adalah setiap amal-amal yang dilakukan yang
mendatangkan pahala, atau Kebaikan adalah setiap pekerjaan yang diperintahkan
oleh Allah swt dan menjauhi laranganya. Penyebutan Kebaikan dalam Al Qur’an
berbeda beda, ada yang menyebutkan kebaikan itu خير ,حسن, بر dan
lain-lain.
B.
Dalil yang Berhubungan dengan
Kompetisi dalam Kebaikan
Surat Al Baqarah Ayat 148
دِيرٌقَشَيْءٍ
كُلِّ عَلَىٰاللَّهَ إِنَّ ۚجَمِيعًا اللَّهُ بِكُمُ يَأْتِ تَكُونُوا مَا أَيْنَ ۚالْخَيْرَاتِفَاسْتَبِقُوا
ۖمُوَلِّيهَاهُوَ وِجْهَةٌ وَلِكُلٍّ
Artinya: “Dan
bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
(dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah : 148).
C. Penjelasan
Makna kalimat berlomba-lomba dalam
kebaikan yaitu apabila ada orang lain berbuat baik kepada siapa pu, maka kita
harus berbuat lebih baik kepada siapapun, tanpa harus melukai orang lain dan
merugikan orang lain atau bahkan menghalalkan segala cara agar kita lebih baik
dari orang tersebut.
Berkompetisi dalam kebaikan termasuk
ibadah. Karena itu merupakan hal positif yang berdampak kebaikan atau manfaat, setiap
kompetisi dalam kebaikan pasti akan selalu ada manfaat, dengan kerja keras
untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memperoleh kebaikan sama saja
berusaha kers yang terbaik dalam melakukan ibadah.
D. Asbabun Nuzul Surat Al Baqoroh ayat 148
1. Asbabun Nuzul AL-BAQARAH ayat 148
Al baqarah 148 behubungan erat dengan ayat 144 yang
memerintahkan untuk menghadap ke kiblat (masjidil haram). Pada saat ayat 144
turun nabi sedang berada di suatu rumah yang dikenal sekarang masjidil Bani
Salamah. Mereka memahami bahwa perintah itu terbatas selama mereka berada di
rumah tempat ayat itu turun. Karena mereka ragu maka turun ayat148 ini yang
mepunyai arti “Kebenaran itu dari tuhanmu sebab itu jangan engkau ragu. Bahkan
Allah menegaskan kembali pada ayat 148
2. Dan diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sadiy
dengan isnad-isnadnya katanya, "Tatkala kiblat Nabi saw. dipalingkan ke
Kakbah setelah sebelumnya menghadap ke Baitulmakdis, orang-orang musyrik warga
Mekah berkata, 'Agamanya telah membingungkan Muhammad, hingga sekarang ia
berkiblat ke arahmu dan menyadari bahwa langkahmu lebih beroleh petunjuk dari
pada langkahnya, bahkan ia telah hampir masuk ke dalam agamamu.' Maka Allah pun
menurunkan, 'Agar tak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkanmu ...' sampai
akhir ayat.
Isi
Kandungan
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi emnghadap
ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap
ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja
dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan
tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai
penghambat.. Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi
balasan atas segala mala perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan
tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari
pembalasan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati
dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan
semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan
suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya.
Surat Fatir Ayat 32
Artinya: “Kemudian
Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.” (QS Fatir : 32)
Isi Kandungan
Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang
berisikan 45 ayat. Tergolong surat makiyah maka isi ayat ini lebih kepada
menerangkan tentang tingkatan-tingkatan seorang muslim dalam mengamalkan kitab
(Al Qur’an). Di ayat ini disebutkan tiga golongan yang menerima kitab.
- Mereka yang menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan lebih banyak kejahatannya.
- Mereka yang bersifat pertengahan (muqtasid). Orang yang semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah.
- Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh.
Nilai amal shaeh sangat erat kaitannya dengan iman.
Amal yang tidak idasari dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan
pahala kpada kita walaupun sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang ita
lakukan tidak akan mendapat nilai di sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara
lin menyatakan sebagai berikut.
- orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima amalannya
- orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
- amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
- orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
- orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
- orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di dunia saja.